Ramai di media sosial berita tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh seseorang yang “dianggap” paham agama. Selingkuh dalam hubungan pernikahan adalah fenomena yang sering kali mengejutkan dan melukai banyak orang. Namun, yang lebih mengejutkan adalah ketika seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik, yang seharusnya berfungsi sebagai benteng moral, ternyata masih terjerumus dalam perselingkuhan.
Faktor Seseorang yang Paham Agama Melakukan Perselingkuhan
Kasus perselingkuhan yang melibatkan seseorang yang paham agama seperti ini menimbulkan banyak pertanyaan dan perenungan, khususnya terkait faktor apa saja yang dapat mendorong seseorang melanggar ajaran agama meskipun sudah memiliki landasan spiritual yang kuat, seperti berikut:
1. Pemahaman Agama Seseorang yang Hanya Bersifat Teoritis
Tidak jarang, pemahaman agama seseorang lebih cenderung bersifat teoritis daripada diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi ini, meskipun mereka tahu bahwa selingkuh itu salah secara moral, mereka mungkin tidak mampu mengaplikasikan keyakinan tersebut dalam menghadapi godaan atau tekanan emosional.
Agama mengajarkan tentang pengendalian diri dan pengorbanan ego, namun keinginan manusia untuk meraih kebahagiaan atau kepuasan pribadi sering kali bisa lebih dominan. Ketika ego seseorang menguasai, kebutuhan emosional atau fisik bisa mengalahkan prinsip agama yang mereka anut.
2. Faktor Psikologis dan Emosional
Dalam pernikahan yang mulai renggang, ketika pasangan merasa kurang dihargai, didengar, atau dicintai, mereka mungkin mencari pelarian di luar hubungan. Meski mereka paham bahwa mencari pelarian emosional lewat perselingkuhan adalah salah, kebutuhan akan koneksi ini bisa sangat mendesak.
Di beberapa titik dalam hidup, orang mungkin mengalami apa yang dikenal sebagai “krisis usia paruh baya”, di mana mereka mulai mempertanyakan tujuan hidup dan merasa tidak puas dengan situasi mereka. Rasa kehilangan arah ini bisa membuat seseorang berperilaku di luar karakter, termasuk berselingkuh, sebagai bentuk pelarian atau upaya untuk “merasa hidup kembali.”
3. Pengaruh Lingkungan dan Pergaulan
Meski seseorang memiliki pemahaman agama yang baik, pengaruh dari lingkungan atau teman-teman yang bersikap permisif terhadap perselingkuhan bisa memberikan dampak negatif. Tekanan sosial dan normalisasi perilaku menyimpang sering kali menjadi faktor penting dalam melanggengkan perilaku selingkuh.
Tempat kerja sering kali menjadi ladang subur bagi perselingkuhan karena intensitas interaksi dan kedekatan yang sering terjadi. Selain itu, media modern sering kali mengglorifikasi perselingkuhan dan menampilkan hubungan terlarang sebagai sesuatu yang menarik atau romantis. Hal ini bisa mengikis persepsi seseorang terhadap kejahatan moral dari perselingkuhan.
4. Pembenaran Diri dan Rationalisasi
Beberapa orang membenarkan perselingkuhan dengan menyalahkan pasangan mereka atas kekurangan emosional atau fisik dalam hubungan. Mereka mungkin berpikir bahwa perselingkuhan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dipenuhi di rumah. Bahkan beberapa orang bisa menyalahgunakan ajaran tentang pengampunan, dengan berpikir bahwa selama mereka bisa bertaubat, tindakan selingkuh bisa “diampuni” atau tidak berakibat serius.
Cara Menguatkan Pasangan Agar Terhindar dari Perselingkuhan dari Sisi Agama
Perselingkuhan merupakan salah satu ujian terberat dalam sebuah hubungan, terutama dalam pernikahan. Ajaran agama, dengan nilai-nilai moral dan etika yang ditanamkan, dapat menjadi pedoman penting untuk menghindari perselingkuhan. Berikut adalah beberapa cara menguatkan pasangan agar terhindar dari perselingkuhan dari perspektif agama:
1. Memperkuat Hubungan Spiritual dengan Allah
Salah satu langkah utama dalam menguatkan pernikahan adalah memperdalam hubungan spiritual dengan Allah. Keyakinan bahwa pernikahan adalah amanah dari Allah dapat memperkuat komitmen pasangan untuk menjaga kesucian hubungan.
Salah satu cara untuk memperkuat ikatan spiritual adalah dengan beribadah bersama. Melaksanakan ibadah seperti salat berjamaah, membaca kitab suci, atau menghadiri kegiatan keagamaan bersama dapat membangun kedekatan batin. Ketika pasangan merasakan kebersamaan dalam beribadah, mereka lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap satu sama lain dan kepada Allah. Dan tentunya memohon perlindungan dan bimbingan Allah agar terhindar dari godaan perselingkuhan adalah salah satu bentuk kesadaran bahwa setiap manusia memiliki kelemahan.
2. Komunikasi yang Jujur dan Terbuka
Salah satu penyebab umum perselingkuhan adalah kurangnya komunikasi yang baik dalam pernikahan. Dalam ajaran agama, komunikasi yang jujur dan terbuka merupakan nilai yang penting, karena kejujuran adalah bagian dari integritas seorang Muslim atau penganut agama lainnya.
Membiasakan diri untuk berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, dan harapan masing-masing akan membantu pasangan saling memahami kebuAllah satu sama lain. Ketika perasaan terpendam terlalu lama tanpa disalurkan, pasangan bisa merasa tidak didengar atau diabaikan, yang dapat membuka peluang untuk mencari kenyamanan di luar hubungan.
Ajaran agama mengingatkan pentingnya bersikap sabar dan bijaksana dalam menghadapi konflik. Ketika masalah muncul, pasangan harus berkomunikasi dengan cara yang tenang, tanpa menyalahkan, dan berusaha menemukan solusi bersama. Sikap ini akan membantu mencegah pasangan merasa frustrasi atau terasing, yang bisa menjadi pemicu perselingkuhan.
3. Menghargai dan Menghormati Pasangan
Salah satu nilai inti dalam agama adalah saling menghormati dan menghargai. Ketika seseorang merasa dihormati oleh pasangannya, mereka cenderung lebih setia dan merasa hubungan tersebut berharga.
Dalam rumah tangga, penting untuk saling menghargai peran masing-masing, baik dalam hal finansial, emosional, maupun tugas rumah tangga. Penghargaan dan apresiasi terhadap upaya pasangan dapat membuat mereka merasa dicintai dan dihargai, sehingga mereka tidak mencari pengakuan atau perhatian di luar pernikahan.
Terkadang, hanya sekadar kata-kata positif atau dorongan semangat dari pasangan bisa menjadi penangkal bagi perasaan rendah diri yang mungkin dirasakan seseorang. Pujian yang tulus menunjukkan bahwa pasangan merasa diakui, yang pada akhirnya bisa mengurangi godaan untuk mencari validasi eksternal.
4. Menjaga Nilai Kesucian Pernikahan
Agama menekankan pentingnya menjaga kesucian pernikahan dan melarang keras tindakan zina atau perselingkuhan. Menyadari bahwa pernikahan adalah ikatan suci di mata Allah dapat membantu pasangan untuk menjaga integritas hubungan.
Agama sering kali memberikan panduan untuk menjaga batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, terutama bagi yang sudah menikah. Menghindari situasi yang berpotensi menimbulkan godaan atau fitnah bisa menjadi langkah penting untuk melindungi pernikahan. Hal ini termasuk menjaga adab dalam pergaulan, baik secara langsung maupun di media sosial.
Setiap pasangan perlu diingatkan bahwa perselingkuhan bukan hanya melanggar komitmen pada pasangan, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap ajaran agama dan tanggung jawab moral kepada Allah. Kesadaran ini bisa menjadi pengingat kuat untuk tetap setia.
5. Memperkuat Komitmen Pernikahan
Dalam agama, pernikahan bukan sekadar hubungan kontraktual, tetapi juga perjanjian yang sakral antara dua individu di hadapan Allah. Oleh karena itu, memperkuat komitmen dalam pernikahan adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah perselingkuhan.
Secara berkala, pasangan perlu mengingat kembali janji yang mereka buat ketika menikah. Hal ini bisa menjadi momen refleksi bersama tentang betapa berharganya hubungan yang telah dibangun. Mengingat janji pernikahan bisa menjadi pengingat yang kuat bahwa perselingkuhan adalah pelanggaran terhadap janji suci yang telah diucapkan di hadapan Allah.
Agama mengajarkan pentingnya melihat kehidupan dengan perspektif yang lebih besar. Dalam konteks pernikahan, pasangan perlu mengingat tujuan jangka panjang mereka, termasuk membangun keluarga yang bahagia dan berkah, serta mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan fokus pada tujuan ini, godaan perselingkuhan yang bersifat sementara bisa lebih mudah dihindari.
6. Konseling Berbasis Agama
Jika pasangan merasa ada masalah serius dalam pernikahan mereka, mencari bantuan melalui konseling berbasis agama bisa menjadi solusi yang baik. Dalam banyak tradisi agama, terdapat tokoh-tokoh spiritual atau konselor yang dapat memberikan pandangan objektif dan berdasarkan ajaran agama.
Kadang-kadang, nasihat dari pihak ketiga yang dihormati, seperti ulama atau pemuka agama, bisa membantu pasangan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Nasihat berbasis agama sering kali lebih diterima karena mengacu pada prinsip-prinsip keimanan yang dipegang oleh pasangan.
Menjaga pasangan agar terhindar dari perselingkuhan bukan hanya soal memperkuat ikatan emosional, tetapi juga soal memperdalam hubungan spiritual dan nilai-nilai agama dalam pernikahan. Tak dipungkiri dengan ajaran agama, ketika diterapkan dengan benar, memberikan landasan moral yang kokoh untuk menjaga kesetiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Jadi, ini tidak menjadikan anti terhadap agama karena perselingkuhan adalah tentang kesalahan personalnya bukan agamanya.
Dan satu lagi yang harus digarisbawahi, bahwa informasi tentang perselingkuhan oleh seorang yang paham agama adalah satu anomali dari sekian banyak pernikahan yang dijalani oleh seseorang yang paham agama dengan baik. Dimana informasi ini jarang sekali ditampilkan di media sosial karena dianggap biasa dan tidak menarik.