8 Tanda Seseorang Siap Menikah, Kamukah itu?

Menikah menjadi satu langkah penting yang mungkin terlalu tabu untuk disesali, namun kenyataannya setiap orang membutuhkan tahap ini untuk meneruskan kehidupan. Ada beberapa tanda siap menikah jika ditilik dari sisi emosi, kesiapan diri hingga finansial kehidupan yang telah dicapai belakangan ini.

Kesiapan emosi menjadi satu titik penting karena jika hanya usia atau kondisi finansial cukup namun emosi masih minim akan gegabah untuk memutuskan menikah. Maka, menjadi penting menilai diri, apakah sudah cukup siap atau belum untuk melenggang ke pernikahan dengan melihat tanda  berikut:

  1. Secara Emosional Siap

Bicara tentang pernikahan, biasanya hanya menilik dari kesiapan secara fisik yang dilihat dari usianya, usia 20-25 dianggap paling ideal untuk melangsungkan pernikahan. Padahal, sisi emosional setiap orang berbeda meski berada pada usia yang sama, hal ini dapat terpengaruh faktor lingkungan.

Bisa saja, justru usia muda memiliki emosional yang lebih matang karena terbiasa menghadapi persoalan sulit atau bertemu banyak orang. Kematangan emosional ini menjadi poin penting, karena di dalam pernikahan bukan hanya kebahagiaan yang dijanjikan tapi tantangan yang berjalan setiap harinya.

  • Menyiapkan cukup ilmu

Dalam melakukan suatu amalan apa pun terutama bagi seorang muslim harus didahulukan dengan ilmu yang mumpuni sebagai landasan. Apalagi tentang pernikahan yang akan membentuk peradaban baru dan menjadi kunci ke surga, tentunya bukan ilmu asal-asalan karena sudah terbentur “waktunya nikah”.

Ilmu yang dimaksud adalah bagaimana suami dan istri mengerti kewajiban masing-masing dalam pernikahan, meski mengetahui hak bagi suami dan istri juga diperlukan. Keduanya mampu diolah dengan seimbang dan tujuannya adalah meraih ridho Allah sebagai tiket menuju surga nan indah.

  • Pasangan yang Tepat

Menikah tentu tidak bisa sendirian, harus ada partner yang nantinya menjadi teman diskusi, berbagi peran dan berbagi kesulitan. Persoalan menemukan pasangan ini tentunya juga harus disiapkan untuk mendapat keberkahan pernikahan yang lebih besar, apakah sesuai syariat atau tidak.

Maka, seperti yang disebutkan di atas, ilmu pernikahan bukan hanya berkutat saat menjadi suami istri, tapi tahapan sebelumnya juga menjadi penting. Menyampaikan nilai-nilai yang ingin dibawa dalam pernikahan harus disampaikan kepada calon pasangan, ini akan menjadi pegangan dalam perjalanan berumah tangga.

  • Stabil dalam Finansial

Stabil disini tidak harus selalu dalam kondisi kaya, namun setidaknya memiliki pekerjaan yang hasilnya cukup untuk dalam rumah tangga. Potensi ini sebenarnya dapat dilihat dari sikap-sikap yang ditunjukkan oleh calon pasangan, apakah termasuk boros atau sudah dapat mengatur keuangan.

Banyak terjadi, laki-laki sebagai kepala keluarga yang menanggung nafkah, sedangkan pekerjaan saat ini dirasa belum cukup memenuhi kebutuhan. Hal ini tidak lalu memupuskan kesiapan menikah, namun perlu dicari potensi nafkah di sisi lain untuk menopang kehidupan rumah tangga sebagai wujud tanggung jawab.

  • Siap Berkorban Waktu dan Energi

Menikah bukanlah seperti tampilan dalam drama televisi atau novel-noel nan indah, ada banyak pengorbanan dan energi yang harus diberikan. Terutama ketika sudah memiliki anak, bagi ibu waktu untuk tidur nyenyak, mandi tanpa tergesa-gesa, berkumpul dengan teman adalah sebagian kecil yang dikorbankan.

Sedangkan bagi ayah, waktu istirahat setelah bekerja berkurang karena ketika di rumah ada peran ayah untuk mendukung ibu merawat anak. Hobi dan bepergian kapan pun yang tak lagi dapat dilakukan sesering saat bujang dan pastinya jiwa melindungi keluarga sebagai seorang laki-laki.

  • Siap Menempuh Hidup Baru

Eits… ini bukan hanya sekedar jargon atau ucapan basa-basi ya, karena nyatanya menikah memang menuju ke kehidupan yang baru. Dari yang terbiasa menentukan keputusan hidup sendiri dan efeknya hanya ke diri sendiri, maka ketika menikah tiap keputusan berpengaruh dalam rumah tangga.

Bagi laki-laki akan lebih berhati-hati dalam urusan profesional pekerjaan karena kecerobohan akan berdampak bagi nafkah dan nasib keluarga. Bagi perempuan, harus mengalah mengambil lebih banyak peran di rumah demi keseimbangan dalam rumah tangga dan keduanya harus berurusan dengan kepentingan dalam masyarakat.

  • Telah Mampu Membangun Komitmen

Ya, komitmen adalah satu kata penting dalam pernikahan, komitmen diantara suami dan istri dan juga kedua keluarga yang ada dibaliknya. Komitmen ini harus dibicarakan dari awal sebagai bentuk kesadaran, berjaga-jaga ketika dalam perjalanan pernikahan goyah untuk diingatkan komitmen awalnya.

Komitmen suami dan istri adalah sebuah ikhtiar yang mendukung komitmen besar pasangan kepada Allah atas perjanjian yang mereka buat saat ijab qobul. Karena manusia ada kalanya belok dari komitmen awal, maka berdoa, menyadari dan segera kembali ke track adalah kunci keamanan pernikahan.

  • Mampu Berkomunikasi

Sebuah skill yang guru besarnya adalah pengalaman, hanya jam terbang, kelapangan hati dan jiwa yang ikhlas menjadi amunisinya. Komunikasi bukan berarti banyak bicara, namun kemampuan menelaah suatu masalah dan menyampaikannya dengan baik kepada pasangan untuk ditemukan solusinya.

Kenapa masalah? Ya karena menikah akan “menambah masalah”, tidak mungkin pernikahan berjalan mulus tanpa hambatan, karena setidaknya ada 2 alasan. Pertama, suami istri besar dari kultur keluarga yang berbeda, kedua, bukankah orang beriman akan diuji yang menjadi kesempatan untuk mendapatkan keberkahan dalam menghadapinya. Demikian tadi 8 tanda seseorang siap menikah yang dapat diperhatikan sebelum memutuskan menikah, jangan hanya terpatok pada usia. Karena emosi yang siap disertai ilmu yang cukup akan memudahkan seseorang masuk dan berlayar dalam bahtera rumah tangga disertai ombak yang menghadang.

Scroll to Top