Pernikahan adalah momen yang sakral, istimewa, dan membahagiakan. Tidak heran jika banyak calon pengantin, terutama muslimah, ingin tampil maksimal di hari bahagianya. Gaun indah, dekorasi cantik, dokumentasi profesional, dan resepsi meriah menjadi impian banyak orang. Namun, dalam Islam, pernikahan bukanlah ajang pamer kemewahan, melainkan ibadah. Maka dari itu, bagaimana seorang muslimah bisa menyelenggarakan pernikahan yang tetap terasa “wah” tapi tidak melampaui batas?

Jawabannya adalah dengan mengedepankan keberkahan, kesederhanaan, dan bijak mengatur prioritas. Inilah yang disebut sebagai pernikahan hemat ala Muslimah: tetap mewah, tanpa berlebihan.
1. Menikah itu Sunnah, Bukan Ajang Pamer
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Nikah itu bagian dari sunnahku. Barangsiapa tidak mengikuti sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.”
(HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menegaskan bahwa menikah adalah bagian dari ibadah dan syariat. Maka, ketika kita memaknai pernikahan sebagai ibadah, tentu tujuannya bukan mencari pujian manusia, tapi mencari ridha Allah. Dalam praktiknya, banyak pasangan muda — khususnya muslimah — yang terjebak dalam tekanan sosial untuk mengadakan pernikahan mewah agar “tidak malu” atau “tidak kalah saing.”
Padahal, kesederhanaan dalam pernikahan bukan berarti murahan, melainkan cerminan kedewasaan dan pemahaman bahwa yang penting bukan bagaimana pesta dilihat orang, tapi bagaimana rumah tangga dijalani setelahnya.
2. Mengutamakan Keberkahan daripada Kemewahan
Islam mengajarkan bahwa keberkahan jauh lebih penting daripada kemewahan yang menipu. Walimah (resepsi pernikahan) memang sunnah, namun tidak harus dilakukan secara besar-besaran. Rasulullah ﷺ sendiri melaksanakan walimah dengan sangat sederhana, namun penuh berkah.
“Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah dan paling ringan (biayanya).”
(HR. Abu Dawud)
Muslimah yang cerdas tidak akan memaksakan gaun sewa jutaan, pre-wedding berkonsep mewah, atau pesta megah jika hal tersebut membuatnya atau keluarganya berutang. Sebaliknya, ia akan mencari cara untuk membuat pernikahan tetap berkesan — tanpa melanggar syariat dan tanpa membebani finansial jangka panjang.
3. Tips Menggelar Pernikahan Mewah Tanpa Berlebihan
Berikut beberapa tips bagi muslimah untuk mengadakan pernikahan yang elegan tapi hemat:
✅ Pilih Gaun Pengantin Syar’i dan Terjangkau
Tak perlu membeli, cukup sewa gaun syar’i yang tetap cantik dan menutup aurat. Kini banyak vendor yang menyediakan pilihan gaun anggun dengan harga masuk akal dan sesuai syariat.
✅ Batasi Tamu Undangan
Undang hanya keluarga dan sahabat terdekat. Selain mengurangi biaya konsumsi, suasana resepsi pun terasa lebih hangat dan intim.
✅ Gunakan Dekorasi Sederhana tapi Estetik
Dekorasi bernuansa alam, minimalis, atau rustic bisa jadi alternatif hemat tapi tetap menarik. Tak perlu bunga impor atau backdrop mahal — cukup yang rapi dan nyaman dipandang.
✅ Dokumentasi Profesional tapi Efisien
Pilih paket dokumentasi yang cukup untuk kebutuhan pribadi dan sosial media. Fokus pada momen penting, bukan durasi panjang.
✅ Manfaatkan Gedung Masjid atau Rumah
Gedung pernikahan bisa sangat mahal. Jika memungkinkan, gunakan halaman rumah, aula masjid, atau tempat komunitas yang sederhana namun layak.
4. Mentalitas yang Perlu Ditanamkan Seorang Muslimah
Seorang muslimah perlu menyadari bahwa nilai dirinya tidak ditentukan oleh megahnya pesta, tetapi oleh kematangan niat dan kesiapan membina rumah tangga.
Pernikahan hemat bukan tanda bahwa ia tidak mampu, melainkan bahwa ia tahu mana yang prioritas. Ia ingin memulai pernikahan tanpa beban utang, tanpa pameran duniawi, dan fokus pada kehidupan setelah akad — yaitu belajar menjadi istri dan calon ibu yang diridhai Allah.
Selain itu, dengan menyelenggarakan pernikahan sederhana, seorang muslimah dapat menjadi inspirasi bagi perempuan lain bahwa pernikahan tidak harus mahal untuk menjadi berkesan dan bermartabat.
5. Fokus Pada Hal yang Benar-Benar Penting
Alih-alih menghabiskan jutaan untuk gaun hanya dipakai 3 jam, mengapa tidak dialihkan untuk investasi bersama suami: tempat tinggal, perlengkapan rumah, atau bahkan tabungan pendidikan anak?
Pernikahan yang berkah adalah ketika pasangan saling mendukung dalam membangun kehidupan setelah resepsi. Fokus bukan pada pesta, tapi pada visi bersama membangun keluarga islami, belajar ilmu rumah tangga, dan menjaga adab dalam berumah tangga.
6. Menghindari Hutang Demi Gengsi
Salah satu hal yang patut diwaspadai adalah dorongan untuk berhutang demi menggelar pernikahan mewah, hanya agar terlihat “layak” di mata masyarakat. Hutang konsumtif untuk keperluan satu hari justru bisa berdampak panjang terhadap kondisi rumah tangga. Beban cicilan pascamenikah bisa memicu stres, konflik suami istri, dan menghambat rencana keuangan jangka panjang, seperti memiliki tempat tinggal atau mempersiapkan anak.
Padahal, Islam sangat menganjurkan agar seseorang menikah dalam keadaan bebas dari beban yang menyulitkan, termasuk utang yang tidak perlu. Rasulullah ﷺ sendiri memberikan teladan bagaimana walimah bisa tetap meriah dengan cara sederhana — cukup menyembelih seekor kambing atau menghidangkan makanan yang mampu ia sediakan.
Maka dari itu, seorang muslimah sebaiknya memiliki mental merdeka dari tekanan sosial, dan fokus pada keberkahan pernikahan itu sendiri. Jangan sampai hanya karena ingin terlihat mewah, kehidupan setelah menikah justru berjalan berat dan penuh beban.
Pernikahan hemat bukan berarti tidak mampu, tetapi justru tanda kecerdasan dalam mengelola kehidupan. Karena sejatinya, kebahagiaan dalam rumah tangga tidak ditentukan oleh seberapa mewah pestanya, melainkan seberapa besar keberkahan yang mengiringinya.
Kesimpulan: Sederhana Bukan Berarti Biasa
Pernikahan hemat ala Muslimah bukan berarti kehilangan keindahan. Justru dengan kesederhanaan, keikhlasan, dan niat yang benar, pernikahan menjadi lebih bermakna dan terasa ringan dijalani.
Mewah bukan selalu soal biaya besar — tapi bisa berupa ketenangan hati, ridha orang tua, suasana khidmat, dan keberkahan yang mengalir di awal rumah tangga. Jadikan momen istimewa ini sebagai awal hijrah bersama pasangan dalam kehidupan yang lebih bertaqwa.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu… Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.”
(QS. An-Nur: 32)