Makna Mertua dalam Islam

Proses  taaruf dalam Islam merupakan langkah awal yang sakral dalam membangun pondasi rumah tangga. Taaruf bukan hanya sekadar mengenal calon pasangan, tetapi juga memahami latar belakang keluarganya, termasuk calon mertua. Mertua, sebagai orang tua dari pasangan, akan memainkan peran penting dalam dinamika kehidupan rumah tangga yang akan dijalani. Oleh karena itu, saat taaruf, calon pengantin tidak hanya dituntut untuk memahami kepribadian calon pasangan, tetapi juga harus jeli menilai karakter calon mertua.

Kehidupan pernikahan bukan hanya tentang dua individu yang bersatu, melainkan juga tentang menyatukan dua keluarga. Dalam banyak kasus, hubungan dengan mertua bisa berpengaruh besar terhadap keharmonisan rumah tangga. Mertua yang bijaksana dan mendukung dapat menjadi sumber kekuatan bagi pasangan, namun di sisi lain, hubungan yang tidak harmonis dengan mertua bisa menimbulkan konflik yang mengganggu kedamaian keluarga.

Oleh karena itu, penting bagi calon suami atau istri untuk menilik lebih dalam tentang sifat dan karakter calon mertua sejak awal taaruf. Dengan mengenal mereka lebih baik, calon pasangan dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling pengertian di masa depan.

Dalam Islam, keluarga adalah salah satu institusi yang paling dihormati dan dijaga. Hubungan antara suami-istri serta keluarga mereka, termasuk mertua, memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Mertua, sebagai orang tua dari pasangan, memiliki tempat istimewa dalam Islam. Hubungan dengan mertua bukan hanya hubungan hukum atau sosial, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan moral yang dijaga dengan prinsip-prinsip Islam seperti berikut:

1. Kewajiban Berbuat Baik kepada Mertua

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada orang tua, dan ini mencakup mertua. Meskipun mertua bukan orang tua biologis, mereka adalah bagian dari keluarga inti setelah pernikahan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 23:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, tetapi ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Ayat ini menggarisbawahi pentingnya sikap hormat dan kasih sayang kepada orang tua, termasuk mertua, yang berperan sebagai figur orang tua setelah pernikahan. Berbuat baik kepada mereka adalah salah satu bentuk ibadah.

2. Kedudukan Mertua dalam Keluarga

Dalam pandangan Islam, mertua dianggap sebagai bagian dari keluarga besar yang harus dihormati. Rasulullah SAW memberikan teladan yang sangat baik dalam menjaga hubungan dengan keluarga istrinya, seperti bagaimana beliau memperlakukan mertuanya dengan penuh hormat dan kasih sayang. Kedudukan mertua sama pentingnya dengan orang tua kandung, sehingga suami atau istri harus menjaga hubungan baik dengan mereka.

3. Mertua sebagai Sumber Kebijaksanaan

Mertua, dengan usia dan pengalaman hidup mereka, sering kali menjadi sumber kebijaksanaan bagi pasangan yang lebih muda. Dalam banyak situasi, nasihat mereka berharga dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Islam mendorong sikap rendah hati dan keterbukaan dalam menerima nasihat dari mertua, selama nasihat tersebut sesuai dengan syariat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

4. Menjaga Hubungan Harmonis

Islam menganjurkan menjaga hubungan harmonis di antara semua anggota keluarga, termasuk mertua. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Hubungan baik dengan mertua termasuk dalam kategori silaturahmi yang harus dijaga. Silaturahmi ini tidak hanya melibatkan kontak fisik, tetapi juga perhatian, kasih sayang, dan saling membantu. Sikap hormat kepada mertua adalah salah satu cara untuk menjaga hubungan harmonis dan menambah berkah dalam kehidupan keluarga.

5. Mengatasi Konflik dengan Mertua

Dalam beberapa kasus, hubungan dengan mertua bisa menimbulkan tantangan atau konflik. Islam mengajarkan kesabaran, pengertian, dan komunikasi yang baik dalam menghadapi situasi seperti ini. Konflik dalam keluarga, termasuk dengan mertua, harus diselesaikan dengan cara yang bijaksana dan tanpa emosi yang berlebihan. Rasulullah SAW selalu menekankan pentingnya akhlak mulia dalam semua hubungan, termasuk dalam keluarga.

Beberapa tips Islami untuk mengatasi konflik dengan mertua antara lain:

– Bersikap sabar: Bersabar adalah kunci utama dalam menghadapi berbagai permasalahan. Allah SWT berfirman bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar.

– Menghormati perbedaan: Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda, termasuk mertua. Menerima dan menghargai perbedaan tersebut dapat mencegah perselisihan.

– Komunikasi yang baik: Selalu berkomunikasi dengan lemah lembut, jelas, dan dengan niat yang baik untuk menghindari kesalahpahaman.

6. Berbuat Baik kepada Mertua sebagai Wujud Taat kepada Allah

Berbakti kepada mertua dianggap sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah. Ketika seorang suami atau istri berbuat baik kepada mertua, mereka sejatinya sedang melaksanakan perintah Allah untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Setiap tindakan kebaikan yang dilakukan terhadap mertua tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga dapat menambah kedamaian dan keberkahan dalam rumah tangga.

Mertua dalam Islam memiliki makna yang sangat penting sebagai bagian dari keluarga besar yang harus dihormati, dicintai, dan diperlakukan dengan baik. Membangun hubungan yang harmonis dengan mertua adalah salah satu cara menjaga keutuhan dan kedamaian dalam rumah tangga. Islam menekankan pentingnya silaturahmi dan berbuat baik kepada orang tua, termasuk mertua, sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Dengan mengikuti prinsip-prinsip Islam dalam berinteraksi dengan mertua, seorang Muslim dapat menciptakan kehidupan keluarga yang lebih bahagia dan diberkahi.

Scroll to Top