Pernikahan Islami: Antara Sunnah dan Budaya Modern

Pernikahan adalah momen sakral yang tidak hanya mengikat dua insan, tetapi juga menyatukan dua keluarga dan bahkan dua budaya. Dalam Islam, pernikahan bukan sekadar seremoni sosial atau adat istiadat, melainkan ibadah yang mulia. Namun, dalam praktiknya, sering kali terjadi tarik ulur antara menjalankan sunnah Rasulullah ﷺ dan mengikuti budaya modern yang telah mengakar dalam masyarakat.

Bagaimana kita bisa tetap menjadikan pernikahan sebagai bentuk ibadah, namun tetap relevan di tengah gaya hidup masa kini? Di sinilah pentingnya memahami keseimbangan antara menjunjung sunnah dan menyikapi budaya modern dengan bijak.

1. Makna Pernikahan dalam Islam

Islam memandang pernikahan sebagai salah satu bentuk ibadah yang dapat mendatangkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Nikah itu bagian dari sunnahku. Siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.”
(HR. Ibnu Majah)

Pernikahan dalam Islam dibangun atas dasar keimanan, komitmen, dan tujuan hidup bersama untuk meraih ridha Allah. Oleh karena itu, konsep pernikahan islami menekankan prinsip sederhana, berkah, dan mengikuti syariat, bukan kemewahan atau gengsi.

2. Sunnah dalam Menikah: Simpel tapi Penuh Makna

Pernikahan dalam sunnah Nabi tidaklah rumit. Akad dilakukan dengan mahar yang ringan, tanpa beban berlebihan, dan dilanjutkan dengan walimah (resepsi) yang bertujuan untuk mengumumkan pernikahan secara syar’i.

Beberapa prinsip pernikahan sesuai sunnah antara lain:

  • Mahar yang ringan dan tidak memberatkan
  • Akad nikah yang sederhana dan jelas
  • Walimah sebagai bentuk syiar dan berbagi kebahagiaan
  • Memilih pasangan karena agama dan akhlaknya
  • Menjaga adab dan aurat dalam setiap prosesi

Sayangnya, banyak nilai ini mulai bergeser karena pengaruh budaya modern dan ekspektasi sosial.

3. Budaya Modern: Antara Gaya dan Gengsi

Di zaman sekarang, pernikahan sering kali diwarnai oleh budaya modern yang menjadikan pernikahan sebagai ajang pamer dan konsumsi sosial media. Mulai dari pre-wedding di luar negeri, pesta megah di ballroom hotel, gaun pengantin dengan desain terbuka, hingga make-up dan hiburan yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Meski sebagian tradisi atau modernitas ini tidak serta-merta haram, tapi ketika nilai ibadah dalam pernikahan mulai tergeser oleh nilai duniawi, maka kita perlu mengevaluasi: untuk siapa sebenarnya pernikahan ini diadakan? Untuk Allah atau untuk manusia?

4. Menyikapi Budaya Modern dengan Bijak

Islam tidak menolak budaya, selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan syariat. Maka, kuncinya adalah keseimbangan dan niat yang lurus. Kita boleh memiliki dokumentasi foto yang indah, dekorasi yang rapi, atau konsep yang modern — selama tidak melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Islam.

Beberapa tips menyikapi budaya modern secara bijak:

  • Prioritaskan syariat daripada selera
    Jika gaun pengantin yang modis tetapi tidak menutup aurat, pilihlah model syar’i yang tetap anggun dan elegan. Kini sudah banyak vendor yang menyediakan gaun syar’i modern dan fashionable.
  • Fokus pada inti pernikahan, bukan kemasan
    Akad yang sah, wali yang hadir, dan mahar yang jelas — semua itu inti dari pernikahan. Jangan sampai terlalu fokus pada konsep pesta, sampai lupa mempersiapkan diri secara spiritual dan ilmu rumah tangga.
  • Libatkan keluarga dalam proses penyamaan nilai
    Komunikasikan kepada orang tua atau keluarga tentang keinginan untuk menikah sesuai sunnah. Sampaikan bahwa kesederhanaan bukan berarti murahan, tetapi pilihan hidup yang berkah.
  • Gunakan media sosial dengan bijak
    Jika ingin membagikan momen, pilih yang inspiratif dan tidak menyalahi adab. Hindari menampilkan aurat, kemesraan berlebihan, atau hal yang dapat memicu riya (pamer).
  • Bersikap “masa bodoh”

Bersikap masa bodoh terhadap komentar orang sekitar yang tidak sesuai dengan syariat juga dibutuhkan. Menghadapi adat kebiasaan lingkungan sekitar yang tidak sesuai syariat tentu memiliki seni tersendiri untuk menolaknya, dengan sikap yang baik dan tidak memusuhi. Pastinya akan dianggap tidak biasa atau bahkan menyalahi pakem. Namun, ingatlah bahwa apa yang dilakukan di dunia akan dipetik di akhirat. Jangan bertaruh untuk akhiratmu hanya demi terlihat wajar di dunia.

5. Pernikahan Islami Bisa Tetap Elegan dan Modern

Siapa bilang pernikahan syar’i harus kaku dan membosankan? Justru dengan niat yang lurus, konsep yang matang, dan nilai islami yang dijunjung, pernikahan bisa terasa lebih hangat, bermakna, dan jauh dari stres sosial.

Kini banyak inspirasi pernikahan islami modern yang:

  • Menyediakan gaun pengantin syar’i dan anggun
  • Menyediakan venue terpisah antara tamu pria dan wanita
  • Menggunakan konsep dekorasi natural, estetik, dan tetap sopan
  • Menghadirkan pengisi acara islami seperti nasyid, tausiyah, atau qari’

Dengan sedikit kreativitas dan kerja sama yang baik, pasangan Muslim bisa tetap tampil istimewa tanpa mengorbankan nilai-nilai agama. Dan tentunya ini menjadi bagian dari syiar, bahwa Islam selalu bisa relate di segala sisi kehidupan.

Pernikahan bukan hanya tentang dua hati yang bersatu, tapi tentang ibadah bersama untuk meraih surga. Dalam menghadapi pertemuan antara sunnah dan budaya modern, kunci utamanya adalah meluruskan niat, memahami batasan syariat, dan memilih jalan tengah yang penuh berkah.

Modern boleh, elegan juga boleh — asalkan tetap dalam bingkai syariat. Dengan begitu, pernikahan kita bukan hanya indah di mata manusia, tapi juga mulia di sisi Allah.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rum: 21)

Scroll to Top