Hijrah Bersama Pasangan: Membangun Rumah Tangga dengan Nilai Syariah

Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, hijrah bukan hanya soal berpindah tempat, melainkan juga berpindah nilai — dari kehidupan yang jauh dari Allah menuju kehidupan yang dipenuhi ketaatan. Ketika dua insan memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga, perjalanan hijrah bisa menjadi jalan yang ditempuh bersama. Bukan lagi tentang “aku” yang ingin lebih baik, tapi menjadi “kita” yang ingin bersama-sama mendekat kepada Allah.

1. Makna Hijrah dalam Rumah Tangga

Hijrah berasal dari kata “hajara” yang berarti berpindah. Dalam konteks spiritual, hijrah berarti meninggalkan sesuatu yang buruk menuju sesuatu yang lebih baik dalam pandangan syariat. Dalam rumah tangga, hijrah bisa berarti meninggalkan gaya hidup yang tidak sesuai syariat — seperti pacaran sebelum menikah, gaya hidup konsumtif, atau mengabaikan kewajiban agama — menuju kehidupan yang lebih berkah dan penuh nilai-nilai Islam.

Hijrah bersama pasangan tidak hanya mempererat ikatan batin, tetapi juga menjadi pondasi kuat untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

2. Hijrah Dimulai dari Niat yang Sama

Segala sesuatu bermula dari niat. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam rumah tangga, pasangan harus menyamakan niat bahwa pernikahan bukan hanya untuk bahagia di dunia, tapi juga untuk meniti jalan ke surga bersama. Ketika suami dan istri sama-sama ingin memperbaiki diri karena Allah, maka semua proses hijrah akan terasa lebih ringan, bahkan menyenangkan.

3. Menerapkan Nilai Syariah dalam Kehidupan Sehari-hari

Membangun rumah tangga islami tak hanya soal menghindari hal-hal haram, tapi juga aktif menerapkan nilai-nilai syariat dalam keseharian. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Shalat berjamaah dan saling mengingatkan ibadah
    Memulai hari dengan shalat Subuh bersama atau membaca Al-Qur’an setelah maghrib bisa mempererat hubungan sekaligus menjaga spiritualitas keluarga.
  • Mengatur keuangan keluarga secara halal dan berkah
    Hindari riba, prioritaskan sedekah, dan ajarkan anak-anak tentang pentingnya kejujuran dalam mencari rezeki.
  • Menerapkan adab islami dalam komunikasi
    Gunakan kata-kata yang baik, tidak saling menyakiti dengan ucapan, dan biasakan meminta maaf serta memaafkan.
  • Berpenampilan sesuai syariat
    Mendukung pasangan untuk tampil menutup aurat, memilih gaun yang sesuai syariat untuk momen spesial, termasuk saat akad dan resepsi pernikahan.

4. Tantangan dalam Hijrah dan Cara Menghadapinya

Hijrah bersama bukan tanpa tantangan. Ada kalanya pasangan mengalami futur (kemunduran iman), berbeda pendapat soal cara menerapkan syariat, atau mendapat tekanan dari lingkungan yang belum memahami perubahan tersebut.

Beberapa tips untuk menghadapinya:

  • Bersabar dan saling menguatkan
    Jadikan pasangan sebagai teman dalam perjuangan, bukan sebagai pengkritik yang menjatuhkan. Ucapkan kalimat positif, seperti “Aku bangga kamu mau berubah,” atau “Kita belajar bareng ya.”

Bersabar dan saling menguatkan bukan hanya membantu pasangan untuk tetap tegar dalam hijrah, tapi juga memperkuat ikatan batin dalam rumah tangga. Hijrah bersama adalah perjalanan spiritual yang indah ketika dijalani dengan hati yang saling memahami, bahu yang saling menopang, dan cinta yang berlandaskan iman.

  • Bergabung dengan komunitas atau majelis ilmu
    Lingkungan sangat berpengaruh. Bergabunglah dengan komunitas keluarga Muslim atau ikut kajian rutin agar tetap termotivasi.

Berada di lingkungan yang tepat akan membuat hijrah terasa lebih ringan dan menyenangkan. Tidak ada salahnya mencari teman seperjuangan, karena dalam Islam, kita dianjurkan untuk saling menasihati dalam kebaikan. Dengan bergabung dalam komunitas dan majelis ilmu, hijrah tidak hanya menjadi proses pribadi, tapi juga perjalanan kolektif menuju ridha Allah.

  • Terus belajar dan memperbaiki diri
    Tidak perlu sempurna. Yang penting adalah konsistensi dalam belajar dan terbuka menerima masukan dari pasangan.

Hijrah bersama bukan tentang menjadi sempurna lebih dulu dari pasangan, tapi tentang saling mendorong untuk terus tumbuh dalam iman dan amal. Teruslah belajar dengan hati yang lapang, dan perbaiki diri dengan niat yang ikhlas. Karena dalam Islam, proses yang tulus lebih berharga daripada pencapaian yang dipaksakan.

5. Menghindari “Hijrah Musiman”

Hijrah bukan tren sesaat yang hanya diikuti karena ramai atau sedang viral. Dalam rumah tangga, komitmen untuk terus memperbaiki diri harus dijaga dengan niat yang tulus dan ibadah yang konsisten. Jangan sampai, setelah menikah beberapa bulan, semangat hijrah memudar dan kembali ke kebiasaan lama.

Kunci agar hijrah tidak musiman adalah membangun hubungan dengan Allah secara pribadi. Semakin dekat kita dengan Allah, semakin kuat pula komitmen kita menjaga rumah tangga yang diridhai-Nya.

6. Buah dari Hijrah Bersama

Hijrah bersama pasangan akan melahirkan banyak kebaikan:

  • Ketenangan hati dan kebahagiaan yang hakiki
  • Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan islami
  • Hubungan yang kuat karena dibangun atas dasar iman dan taqwa
  • Doa-doa yang lebih mudah dikabulkan karena rumah tangga menjadi tempat turunnya rahmat Allah

Menikah bukan akhir dari proses hijrah, tapi justru awal dari perjuangan panjang untuk terus memperbaiki diri dan membangun peradaban. Rumah tangga yang dibangun atas dasar syariat akan melahirkan generasi rabbani — anak-anak yang cinta Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu dan pasangan sedang meniti jalan hijrah, ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju kebaikan akan dibalas besar oleh Allah. Jadilah pasangan yang saling menggenggam dalam taat, bukan dalam maksiat. Semoga Allah meridhai setiap rumah tangga yang dibangun dengan niat mulia ini.

Scroll to Top